Gunung raksasa di asteroid Vesta berdasarkan data dari wahana Dawn NASA.
Asteroid ternyata bukan hanya bongkahan batu besar sisa pembentukan tata surya 4,5 miliar tahun yang lalu. Citra wahana antariksa Dawn yang diambil pada awal Oktober lalu menunjukkan, asteroid Vesta memiliki gunung setinggi 24 kilometer di kutub selatannya.
Gunung di asteroid Vesta tersebut lebih tinggi daripada gunung apa pun yang ada di Bumi, termasuk Gunung Mauna Loa di Hawaii yang memiliki tinggi 9 kilometer jika dihitung dari dasar laut. Padahal, diameter Vesta hanya 530 kilometer atau sekitar setengah dari Pulau Jawa.
Dengan ketinggian itu, gunung di Vesta merupakan yang tertinggi kedua di tata surya, setelah Gunung Olympus di Planet Mars yang memiliki ketinggian hingga 25 kilometer.
Dawn merupakan wahana antariksa milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA). Wahana ini diluncurkan pada 27 September 2007. Dawn mendekati Vesta sejak bulan Mei dan mulai mengitari Vesta pada pertengahan Juli.
Misi itu bertujuan mengumpulkan informasi tentang obyek-obyek di Sabuk Asteroid, yaitu daerah antara Planet Mars dan Jupiter. Fokus misi ditujukan untuk mengamati asteroid Vesta dan planet katai Ceres.
Hasil pencitraan Dawn menunjukkan permukaan Vesta lebih kasar dibandingkan dengan asteroid lainnya. Vesta memiliki lebih banyak kawah, bukit, pegunungan, tebing, ataupun palung dibandingkan obyek-obyek lain di Sabuk Asteroid.
Kawah-kawah di bagian utara Vesta lebih banyak jumlahnya dan lebih tua umurnya dibandingkan yang ada di belahan selatan. Umur kawah di bagian utara sekitar 4 miliar tahun, sedangkan yang di sisi selatan antara 1 miliar tahun dan 2 miliar tahun.
Berbagai temuan Dawn tentang Vesta itu dipresentasikan dalam pertemuan bersama Kongres Ilmu Keplanetan Eropa (EPSC) dan Divisi Ilmu Keplanetan, Komunitas Astronomi Amerika (AAA) di Nantes, Perancis, 2 Oktober lalu.
Adapun kawah-kawah tersebut merupakan hasil dari tabrakan dengan asteroid lain ataupun tumbukan dari benda-benda langit lain. Tubrukan dan tumbukan yang menghasilkan kawah-kawah di bagian utara Vesta berasal dari benturan yang terjadi saat awal pembentukan Vesta.
Pemimpin kelompok pemetaan Vesta dengan menggunakan spektrometer dari misi Dawn, Angioletta Coradini, mengusulkan agar kawah terbesar pada bagian selatan Vesta dinamai Rheasilvia, ibu para biarawati Vesta dalam mitologi Romawi, sekaligus ibu Romulus dan Remus, pendiri kota Roma.
Persatuan Astronom Internasional (IAU) telah menerima usulan itu, termasuk nama ke-13 biarawati Vesta untuk digunakan pada kawah-kawah lainnya.
Aktivitas geologi
Dosen Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB), Suryadi Siregar, mengatakan, terbentuknya gunung di Vesta menunjukkan adanya aktivitas geologi di dalam asteroid tersebut. Bukan sekadar gumpalan batu besar belaka.
Aktivitas geologi di dalam Vesta terjadi akibat adanya gaya pasang surut antara Matahari, Jupiter, dan Vesta. Gaya tarik Matahari dan Jupiter yang berlangsung secara kontinu dan melawan gaya gravitasi Vesta membuat inti asteroid akhirnya robek dan meleleh menjadi magma.
Magma yang keluar dari kulit Vesta tersebut menghasilkan lava yang mengalir keluar dari kawah gunung. Suhu permukaan Vesta yang minus 33 derajat celsius hingga minus 3 derajat celsius membuat lava di sana cepat mendingin dan mengendap.
”Tumpukan lava inilah yang membuat permukaan gunung di Vesta terus meninggi,” ujar Budi Dermawan, dosen Astronomi ITB lainnya. Tumpukan lava ini bersifat basal, sama seperti batuan di sekitar gunung berapi di Bumi.
Meski demikian, karakteristik magma Bumi dan Vesta tidaklah sama walaupun terbentuk dari materi yang sama. Materi pembentuk Bumi dan Vesta sama-sama berasal dari materi pembentukan tata surya. Perbedaan karakteristik itu terjadi karena proses-proses yang melingkupi semasa evolusi Bumi dan Vesta berbeda.
Kehadiran gunung api di Bumi memberikan kesuburan bagi tanah di sekitarnya. Oleh karena itu, di sekitar gunung api umumnya menjadi pusat-pusat kehidupan yang mempunyai aneka ragam jenis makhluk hidup.
Namun, kondisi di Vesta berbeda. Di sekitar gunung yang ditemukan belum ditemukan adanya tanda-tanda kehidupan dalam tingkat apa pun. Tidak adanya atmosfer di Vesta membuat pelapukan batuan menjadi tak mungkin.
Vesta tak memiliki atmosfer karena kecilnya gaya gravitasi yang dimiliki. Selain itu, jarak Vesta dari Matahari yang berkisar antara 322 juta kilometer dan 383 juta kilometer atau rata-rata sekitar 2,3 kali jarak Matahari-Bumi membuat sangat sedikit radiasi Matahari yang bisa diterima Vesta.
Rendahnya tingkat radiasi ini membuat Vesta tak mampu menahan molekul-molekul udara yang tersisa pada awal pembentukannya sehingga terlepas begitu saja ke luar angkasa.
Menurut Suryadi, keberadaan gunung di planet atau satelit di luar Bumi tidak dapat langsung dianggap di sekitar gunung itu ada kehidupan. Penelitian terhadap gunung-gunung di Io, satelit Jupiter, yang sudah sejak lama dilakukan belum menemukan adanya tanda-tanda kehidupan.
”Untuk dapat menemukan kehidupan di luar Bumi, kondisi alam di tempat tersebut harus mirip dengan Bumi,” ungkap Suryadi. (SPACE.COM/EUROPLANET-EU.ORG)
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar